KOMITMEN

SAYA MAU SETIA KEPADA TUHAN DALAM SEGALA KEADAAN!

Menjaga komitmen disaat kita sedang mengalami kesenangan atau sedang bahagia itu sangat mudah.. bagaimana disaat kita dijatuhkan dari tempat tinggi??

bisakah komitmen itu tetap kita pegang dan jalani??

porsi masalah untuk menguji/Verifikasi komitmen yang Tuhan beri pasti sudah pas! tidak berlebihan, dan kita pasti mampu lewati. pertanyaanya bagaimana kita menjalaninya? apakah sesuai dengan komitmen kita? Atau ternyata komitmen itu hanya sekedar kata2 dan janji palsu, karena tidak bisa di verifikasi?!

Mintalah kepada Tuhan untuk membuat hidup kita tidak flat atau 1 arah, agar bisa lebih mengerti apa arti menjaga komitmen. Dan menjalani hidup lebih dari anak2 dunia secara wajar.

Sedikit kisah dari pengalaman saya menjaga komitmen, semoga sharing ini bisa bermanfaat untuk mendapatkan gambaran dari apa yang saya utarakan diatas.

Saya pernah menjadi anak panti asuhan, hidup kekurangan, akhirnya bisa lulus sd, smp, smk, bahkan bekerja dan bisa kuliah dan lulus S1, karir dalam bekerja sampai bisa jadi manager..cukup tinggi untuk posisi saya dengan keadaan saya yang mempunyai latar belakang cukup tidak dipandang.

mungkin buat yg lain ah itu biasa, tapi buat saya itu sangat luar biasa sampai pada tingkat itu. Selama menjalani proses tersebut saya terus membuat komitmen untuk hidup lebih baik, secara jasmani maupun Rohani, semakin dekat dengan Tuhan karena saya percaya dengan berjalan bersama Tuhan saya pasti bisa sukses!

Sampai satu kejadian yang menjadi titik balik dari hidup saya, dan menjadi point penting dalam ujian verifikasi atas komitmen yang sudah saya buat dan berikan untuk Tuhan.

Singkat cerita, saya dipecat/PHK secara tidak hormat dari pekerjaan serta jabatan saya sebagai manager. Bahkan saya dibuat seolah-olah mengundurkan diri dari posisi itu karena satu kesalahan yang saya lakukan, saya mengakui kesalahan itu, walaupun jika mau di investigasi hal itu bukanlah sebuah kesalahan secara individu saya sendiri, tetapi saya tidak mau membela diri, saya tidak mencari ataupun membuktikan bahwa saya benar. Saya terima apapun keputusan perusahaan, karena bagaimanapun kita hanya bekerja pada manusia, bila kita berharap lebih, pasti kita kecewa. Bahkan seharusnya saya bisa mendapatkan pesangon, karena di phk dengan nilai yang harusnya cukup lumayan, tetapi itupun tidak saya dapatkan dengan semestinya, karena saya dibuat seolah2 mengundurkan diri, maka hanya mendapatkan 1x saja, dari seharusnya 5x gaji, dengan gaji manager saat itu, cukup lumayan lah, pasti klo yang seneng duit, dia akan maju menuntut hingga ke PHI/Depnaker, tapi untuk apa saya lakukan itu??

Jika saya hanya meributkan masalah uang pesangon, itu hanya membuktikan kalau saya ini tidak tau rasa terima kasih, dan saya hanya akan menjadi budak uang..apa bedanya saya dengan manusia duniawi?? Apa artinya saya mengenal Tuhan dan membuat berbagai komitmen dalam hidup selama ini??

Terkadang kita hanya fokus dengan apa yang hilang dari diri kita, tapi kita lupa apa yang sudah kita dapatkan selama ini, dan apa yang ada ditangan kita sekarang ini. Ya…mengenai hal ini sudah saya ketahui dari anime one piece, dari berbagai khotbah dan pengajaran di gereja, dan sekarang komitmen itu diuji buat saya.

Jadi saya mengambil keputusan untuk tidak meributkan masalah uang pesangon, karena itu hanyalah uang, lebih baik saya berterima kasih, karena sudah 3 tahun di rawat, diberikan penghasilan oleh perusahaan. Itu sudah melebihi dari apa yang saya akan dapatkan dari pesangon itu. Saya melakukan hal ini bukan karena saya sudah kaya, ato berkelimpahan, bahkan sayapun bingung gimana bulan depan, gimana nanti bayar kontrakan rumah, gimana sekolah anak dan biaya hidup kedepan, kalau saja dapat pesangon paling tidak saya bisa mendapatkan modal sebelum saya mendapatkan pekerjaan baru, yang mungkin belum tentu bisa punya penghasilan sama seperti waktu jadi manager kemarin. Kekhawatiran saya sebagai manusia itu sangat wajar, dan pergumulan untuk hal itu terus terjadi…tapi dengan segala komitmen yang telah saya buat, saya berkata kepada Tuhan, hidupku kuserahkan kedalam tanganmu, aku percaya rencanamu indah, ajarku mengerti kehendakmu.

Jika orang lain bertanya kepada saya, saya tidak pernah menjelek2an perusahaan tersebut, bahkan saya terus membantu staff dan semua teman2 yang masih bekerja, jika mereka bertanya, saya terus jawab, dan saya katakan kepada mereka semua agar tidak perlu takut bertanya dan saya tidak akan menjawab. Saya pasti jawab dan tetap bantu, karena waktu yang sangat mendadak, banyak pending kerjaan yang masih belum selesai, dan banyak yang bingung bagaimana menyelesaikan hal tersebut karena saya tidak ada, saya tetap bantu terus, bukan karena ingin dipuji, tapi karena memang kita sama-sama bekerja, kita sama-sama hanya karyawan, dan berusaha untuk meberikan yang terbaik untuk perusahaan. Jadi apa sulitnya membantu dan memberikan informasi yang seharusnya diberikan??

Dan setelah itu, saya menganggur, saya kembali berusaha untuk mencari pekerjaan, lamar sana sini, coba cari peluang lain, dan berbagai usaha untuk kembali bisa mendapatkan pekerjaan. Saya tidak berkecil hati karena pengalaman dipecat, bahkan buat saya hal itu akan menjadi hal positif, karena saya bisa memberikan pengalaman saya mengenai perihal saya diphk tanpa pesangon.

Istri saya terus menguatkan saya juga selama menjalani hal ini. Dia bahkan menyetujui saya keluar/ dipecat dari perusahaan tersebut…lhoo koq gitu?? Karena selama saya menjadi manager disitu, saya hampir tidak kenal istirahat dalam bekerja, workaholic..mungkin mirip seperti itu, jalan pagi, pulang sore, dikantor susah di wa, jarang balas, ditelpon sibuk terus, sampe rumah masih buka notebook lagi, lanjut kerja sampe jam 11-12 kadang hampir pagi masih terus lanjut karena banyak sekali yang harus dikerjakan, dan sulit membagi waktu di siang hari karena terlalu banyak hal yang hanya bisa dikerjakan di siang hari, maka untuk hal yang lain saya kerjakan saat dirumah. Bahkan dia sampe bilang…

“mungkin emang lo disuruh istirahat sama Tuhan”, ”tuh liat lo dah loyal dikantor, kerja mati2an, tapi dianggep gak?? Malah di begituin.. buat apa, apa gak jadi kaya sia-sia selama ini??” hal ini bisa ditanggapi dengan 2 jawaban.

  1. Saya bekerja buat Tuhan, saya memberikan semua kemampuan saya ALL out selalu saya berikan karena saya bukan bekerja untuk kepuasan manusia saja, saya selalu menujukan hasil bekerja untuk Tuhan.
  2. Saya kerja buat manusia, walau udah kasih yang terbaik, belum tentu atau terkadang tidak bisa dilihat sama manusia, dan akhirnya pasti kecewa, karena akhirnapun saya merasakan itu.

selain itu hampir gak pernah megang anak sama sekali, maen sama anak2 jarang, beli kaset ps gak pernah dimaenin, pokoknya gak kenal waktu pas kerja tuh…!

Jadi diantara pergumulan tersebut, saya terus mencoba mengerti apa kehendak Tuhan dalam hidup saya. Mengapa dia menginginkan saya menjalani hal ini, apa yang Tuhan mau untuk saya lihat, rasakan, pelajari dan lakukan untuk hal ini. Apa keputusan dan tindakan saya, apakah saya mengerti rencananya, atau saya hanya ingin memaksakan kehendak saya untuk Tuhan turuti??!!

Akibat/bagian/upah dari komitmen yang kita pegang!

Dalam pencarian pekerjaan, saya menghubungi beberapa relasi saya, dan Puji Tuhan, hanya dalam waktu 2 minggu saya sudah bergabung dengan perusahaan tempat teman saya bekerja, walau tidak lama beraada di perusahaan tersebut, kemudian saya pindah ke perusahaan lain yang pada saat saya menulis ini, saya masih ada diperusahaan tersebut, cara untuk masuk ke perusahaan saat ini pun sangnat ajaib, hanya dalam waktu singkat, saya bisa mendapatkan peluang dan kesempatan untuk dapat dipanggil interview, dan bekerja, bahkan saya bisa mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dari posisi saya sebelumnya, bahkan Tuhan pulihkan kembali jabatan saya kembali.

Disaat orang lain menghadapi awal pandemi, kehilangan pekerjaan, dan kesulitan, sebaliknya saya malah mendapatkan kesempatan bekerja, malahan saya bisa mendapatkan penghasilan yang tidak pernah dikurangi, walau harus bekerja terus tanpa ada pembatasan WFH, dan lokasi kerja yang cukup jauh menurut orang-orang, bahkan mereka berkata, gila kerja jauh banget bekasi – depok setiap hari, itu mah jauh banget, berangkat jam berapa?? Macet nya gimana, gak cape dijalan, sampe ada yang bilang ah..gw mah mendingan nganggur daripada kerja jauh gitu!

Nah disinilah berbagai sikap kita terus diuji, apakah kita bersyukur? Atau lebih banyak menuntut yang kita mau, tanpa kita bisa memberikan  lebih, tanpa berkorban lebih. Salah satu atasan saya diperusahaan sebelumnya pernah berkata :  “KERJA ITU BUTUH MODAL” nah ongkos, jarak, waktu, tenaga itu juga merupakan modal kerja kita untuk bisa mendapatkan penghasilan dari apa yang sudah kita berikan. Dari hal itu saya bersyukur bisa belajar dan mendapatkan kata2 tersebut, sehingga itu juga bisa menjadi komitmen saya dimasa depan. Dan saat ini saya merasakan bagaimana menjalani komitmen itu. Bahkan saya harus rela membeli kendaraan untuk bisa bekerja lebih cepat, dan tidak cape dijalan, bensin, tol, saya bayar sendiri tanpa diganti..trus kenapa? Kenapa kita harus banyak menuntut? Saya tidak melakukan hal itu, saya bayar saja, karena buat saya semua itu memang modal saya untuk bisa bekerja, toh saya juga tidak kekurangan, dari penghasilan yang saya dapat saya masih bisa mendapatkan kelebihan dari situ..jadi jalani saja.

Bahkan saya menyadari diperusahaan ini, saya mulai melihat segala perjalanan hidup saya dalam bekerja itu dikumpulkan untuk dapat mengatasi masalah yang terjadi diperusahaan ini.. saya pernah bekerja di pabrik, perkantoran, perusahaan kecil, perusahaan besar.. semua pengalaman kerja yang saya dapatkan saya bisa berikan secara all out disini, jadi Tuhan mempersiapkan saya dimasa lalu untuk bisa berada pada posisi sekarang ini. Nah dari sini saya makin yakin dengan apapun yang kita alami tidak pernah lebih berat dari kemampuan kita, bahkan untuk hal-hal indah yang akan kita dapat terkadang harus diawali dengan kejadian yang tidak mengenakkan untuk dialami.

Dan dari titik balik atas kejadian tersebut, maka kedepan saya terus membuat komitmen2 baru dalam hidup saya, dimana salah satunya adalah, saya akan terus bekerja untuk Tuhan, dan kedepan akan terus makin sadar, untuk tidak mempertahankan apapun dalam hidup ini, walaupun saya punya jabatan dan penghasilan lebih, saya tetap serahkan semua kedalam tangan Tuhan, karena jika dia berkehendak, maka dia pasti bisa ambil kembali semua itu, jadi untuk apa saya mempertahankannya?

Dalam hal ini bukan berarti saya harus kerja seadanya, justru sebaliknya, saya akan makin sungguh2 dan makin keras dalam bekerja, setiap keputusan dan tindakan saya akan ambil tanpa perasaan ragu atau takut. Jika itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, maka akan saya lakukan, walau mungkin saya akan mendapatkan konsekuensi yang tidak enak juga kedepanya karena melakukan hal yang benar, saya tidak takut lagi, karena saya yakin, saat saya berjalan bersama Tuhan, pasti semua didalam kendali Dia. Dan pelajaran yang saya ambil juga, walaupun jabatan saya menurut saya tinggi, itu tidak ada artinya, maka selanjutnya dalam setiap keputusan saya tidak akan bertindak sendiri lagi. Tidak menjadi sombong, karena merasa dengan jabatan saya, maka saya bisa ambil keputusan apa saja. Dalam  hal inilah saya belajar, bahwa jabatan didunia itu tidaklah ada artinya, apalagi selama kita bekerja untuk manusia, hanya kekecewaan yang akan kita dapatkan.

Semoga sebagian dari kisah ini dapat menguatkan dan menjadi menjadi inspirasi buat pembaca untuk menyingkapi segala hal yang terjadi dalam hidup masing-masing. Kita harus berpegang teguh pada setiap Komitmen yang kita buat dengan Tuhan, dan selama Komitmen itu baik serta membuat kita dewasa, kita juga pasti akan melalui tahapan verifikasi atau ujian atas setiap komitmen yang telah kita ambil. Semoga semua bisa lulus juga, dan mendapatkan bagian yang lebih baik karena terus menjaga komitmen yang telah dibuat.

Terus berusaha menjadi sempurna selama hidup dibumi ini, dan tetap arahkan tujuan pada kehidupan kekal, agar setiap tindakan kita tidak berakhir dengan sia-sia, dan kita akan memperoleh harta kekal di surga.

Leave a comment